Kamis, 29 April 2010

kepribadian

BAB I

Kepribadian

1. Diri (The Self)

Remaja memiliki pemikiran tentang siapakah diri mereka dan apa yang membuat mereka berbeda dari orang lain. Mereka memegang erat identitas dan berpikir bahwa identitasnya ini bisa menjadi lebih stabil. Nyata atau tidak, berkembangnya pemikiran seorang remaja mengenai diri dan keunikan dirinya merupakan suatu kekuatan yang besar dalam hidup. Penjelasan tentang diri akan dimulai dari informasi mengenai pemahaman diri remaja dan kemudian rasa percaya diri dan konsep diri.

2. Pemahaman Diri

Pemahaman diri remaja menjadi lebih introspektif tetapi tidak bersifat menyeluruh dalam diri remaja, namun lebih merupakan konstruksi kognisi sosialnya. Kemampuan kognisi remaja yang sedang berkembang berinteraksi dengan pengalaman social-budaya remaja yang mempengaruhi pemahaman dirinya.

Apakah Arti Pemahaman Diri?

Pemahaman diri (self-understanding) adalah gambaran kognitif remaja mengenai dirinya, dasar dan isi dari konsep diri remaja. Pemahaman diri seorang remaja didasari oleh berbagai kategori peran dan keanggotaan yang menjelaskan siapakah diri remaja tersebut

(Harter, 1990a, 1990b). Walaupun tidak membentuk identitas pribadi secara utuh, pemahaman diri memberikan dasar identitas diri yang rasional (Damon & Hart, 1988).

Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini [2]

Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).

a. Elemen-elemen konsep diri

1. Konsep diri

Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.

Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laiki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb) atau dapat juga mengacu pada kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dsb.) konsep diri sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi maka, konsep diri seseorang itu baik pula. Sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu rendah maka, konsep diri seseorang itu tidak baik pula.

2. Karakteristik sosial

Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita tamplikan dalam hubungan kita dengan orang lain (ramah atau ketus, ekstrovert atau introvert, banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak pedulian, dsb). Hal hal ini mempengaruhi peran sosial kita, yaitu segala sesuatu yang mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam masyarakat tertentu.

3. Peran sosial

Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefinisikan hubungan sosial kita dengan orang lain, seperti: ayah, istri, atau guru. Peran sosial ini juga dapat terkait dengan budaya, etnik, atau agama. Meskipun pembahasan kita mengenai 'diri' sejauh ini mengacu pada diri sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya masing-masing dari kita memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (mutiple selves).

Dimensi-dimensi dari Pemahaman Diri Remaja

Perkembangan dari pemahaman diri di masa remaja sangatlah kompleks dan melibatkan sejumlah aspek dalam diri.

a. Abstrak dan Idealistik, remaja yang mulai berpikir secara lebih abstrak dan idealistik. Ketika diminta untuk membuat gambaran diri, remaja menjadi lebih mungkin daripada anak kecil untuk menggunakan kata-kata yang abstrak dan idealistic.

b. Terdiferensiasi, pemahaman diri seorang remaja bisa menjadi semakin terdiferensasi (differentiated). Remaja lebih mungkin daripada anak-anak untuk memahami bahwa dirinya memiliki diri-diri yang berbeda-beda, tergantung pada peran atau konteks tertentu (Harter, 1990a, 1990b).

c. Kontrakdisi dalam Diri, setelah kebutuhan untuk mendiferensiasikan diri ke dalam banyak peran dalam konteks yang berbeda-beda, muncullah kontradiksi antara diri-diri yang terdiferensiasi ini. Remaja mengembangkan kemampuan kognisi untuk mendeteksi ketidakkonsistenan dalam dirinya sejalan dengan usaha mereka untuk membentuk teori mengenai diri mereka secara umum atau teori mengenai kepribadian mereka (Damon, 1991; Harter & Monsour, 1992).

d. Fluktuasi Diri, adanya sifat kontradiktif dalam diri pada masa remaja membuat munculnya fluktuasi diri remaja dalam berbagai situasi dan waktu. Diri remaja akan terus memiliki ciri ketidakstabilan hingga tiba suatu saat dimana seorang remaja berhasil membentuk teori mengenai dirinya yang lebih utuh, dan biasanya tidak terjadi hingga masa remaja akhir atau bahkan di awal masa dewasa.

e. Diri yang Nyata dan Ideal, Diri yang Benar dan yang palsu, penelitian menunjukan bahwa pada masa remaja pertengahan terjadi diskrepansi yang lebih besar antara diri yang nyata dengan diri dibandingkan dimasa remaja awal dan akhir (Strachen & Jones, 1982). Suatu aspek penting dari diri yang ideal atau diimajinasikan adalah possible self, yaitu diri yang mungkin dapat menjadi kenyataan, diri yang mereka inginkan, dan diri yang mereka takutkan akan menjadi kenyataan (Markus &Nurius, 1986). Sifat dari diri positif dapat mengarahkan remaja ke keadaan positif di masa depan, sedangkan sifat dari diri negatif di masa depan dapat diidentifikasikan sebagai hal-hal yang yang harus dihindari di masa depan. Remaja cenderung menunjukan diri yang palsu ketika berada pada situasi yang romantis atau ketika berkencan, dan ketika berada dengan teman-teman sekelasnya, remaja menunjukan diri yang palsu untuk membuat orang lain kagum.

f. Perbandingan Sosial, beberapa ahli perkembangan menyakini bahwa remaja, dibandingkan dengan anak-anak, lebih sering menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi diri mereka sendiri. Berpegangan pada informasi perbandingan sosial dimasa remaja dapat membuat bingung karena banyaknya kelompok referensi.

g. Kesadaran Diri, remaja lebih sadar akan dirinya (self-conscious) dibandingkan dengan anak-anak dan lebih memikirkan tentang pemahaman dirinya. Kesadaran diri dan pemikiran diri merefleksikan konsep egosentrisme.

h. Perlindungan Diri, mekanisme untuk mempertahankan sendiri (self-protective). Dalam melindungi diri, remaja cenderung menolak akan adanya karakteristik negatif dalam diri mereka seperti jelek, sedang-sedang saja, depresi, egois, dan gugup.

i. Ketidaksadaran, pemahan diri remaja melibatkan adanya pengenalan bahwa komponen yang tidak disadari (unconscious) termasuk dalam dirinya, sama seperti halnya dengan komponen yang disadari (conscious).

j. Integrasi Diri, Pada saat remaja menghadapi tekanan untuk membagi-bagi dirinya menjadi sejumlah peran, munculnya pemikiran formal operasional mendorong proses integrasi dan perkembangan dari suatu teori diri yang konsisten dan koheren (Harter, 1990b).

  1. Rasa Percaya Diri dan Konsep Diri
  • Apakah Makna Rasa Percaya Diri dan Konsep Diri?

Rasa percaya diri (self-esteem) adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri uga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri.

Konsep diri (self-concept) merupakan evaluasi terhadap domain yang spesifik dari diri.

  • Mengukur Rasa Percaya Diri dan Konsep Diri

Beberapa ahli pengukuran berpendapat bahwa kombinasi dari beberapa metode dapat digunakan untuk mengukur rasa percaya diri, metode tersebut seperti pengukuran laporan diri dan observasi tingkah laku yang dikumpulkan dari berbagai sumber informasi yang memungkinkan para ahli untuk mengkonstruksi suatu gambaran rasa percaya diri remaja yang lebih akurat. Ekspresi wajah remaja dan sejauh mana mereka menghargai atau menyalahkan diri sendiri merupakan salah satu indicator yang baik untuk melihat bagaimana remaja melihat dirinya sendiri.

  • Apakah Beberapa Domain Lebih Berpengaruh terhadap Rasa Percaya Diri Remaja?

Pada penilitian Harter, penampilan fisik secara konsisten berkorelasi paling kuat dengan rasa percaya diri secara umum, yang baru kemudian diikuti oleh penerimaan sosial teman sebaya. Ketertarikan fisik merupakan factor terkuat untuk meramalkan rasa percaya diri keseluruhan remaja (Lord & Eccles, 1994).

Pengaruh Orang tua dan Teman Sebaya terhadap Rasa Percaya Diri

Dua sumber penting dukungan sosial yang berpengaruh terhadap rasa percaya diri remaja adalah hubungan dengan orang tua dan hubungan teman sebaya. Berikut ini adalah atribut-atribut dari orang tua yang berhubungan dengan tingkat rasa percaya diri yang tinggi dari anak laki-laki:

  • Ekspresi rasa kasih saying
  • Perhatian terhadap masalah yang dihadapi oleh anak
  • Keharmonisan di rumah
  • Partisipasi dalam aktivitas bersama keluarga
  • Kesediaan untuk memberikan pertolongan yang kompeten dan terarah kepada anak ketika mereka membutuhkannya.
  • Menetapkan peraturan yang jelas dan adil
  • Mematuhi peraturan-peraturan tersebut
  • Memberikan kebebasan pada anak dengan batas-batas yang telah ditentukan.

Dukungan dari teman sebaya lebih berpengaruh terhadap tingkat rasa percaya diri pada individu pada masa remaja awal daripada pada anak-anak dan lebih penting dibandingkan dengan dukungan orang tua di masa remaja akhir yaitu dukungan teman sekelas dan teman akrab.

Konsekuensi dari Rendahnya Tingkat Rasa Percaya Diri

Untuk sebagian besar remaja, rendahnya rasa percaya diri hanya menyebaban rasa tidak nyaman secara emosional yang bersifat sementara (Damon, 1991). Tetapi bagi beberapa remaja, rendahnya rasa percaya diri dapat menimbulkan banyak masalah seperti depresi, bunuh diri, anoreksia nervosa, delinkuensi, dan masalah penyesuaian diri lainnya.

Meningkatkan Rasa Percaya Diri Remaja

Ada empat cara untuk meningkatkan rasa percaya diri remaja yaitu melalui:

  • Mengidentifikasikan penyebab dari rendahnya rasa percaya diri dan domain-domain kompetensi diri yang penting. Remaja memiliki tingkat rasa percaya diri yang paling tinggi ketika mereka berhasil di dalam domain-domain diri yang penting.
  • Dukungan emosional dan penerimaan sosial dalam bentuk konfirmasi dari orang lain merupakan pengaruh yang juga penting bagi rasa percaya diri remaja (Harter, 1990b).
  • Prestasi juga dapat memperbaiki tingkat rasa percaya diri remaja (Bednar, Wells, & Peterson, 1989).
  • Mengatasi masalah , rasa percaya diri dapat uga meningkat ketika remaja menghadapi masalah dan berusaha untuk mengatasinya, bukan hanya menghindarinya (Bednar, Wells, & Peterson, 1989; Lazarus, 1991).

5. IDENTITAS

Pendapat Erikson Tentang Identitas

Siapakah saya? Apakah yang ada pada diri saya? Apa yang akan saya akan lakukan dengan hidup saya? Apakah yang berbeda dari diri saya? Bagaimanakah caranya saya melakukan sesuatu sendiri?, Erik Erikson (1950, 1968) merupakan orang pertama yang memahami pentingnya pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep identitas tersebut. Hasil dari penilitia dan analisis Erikson membuat identitas sekarang diyaini sebagai salah satu konsep kunci dalam perkembangan remaja.

Mengulas Kembali Pandangan-pandangan Erikson mengenai Identitas dan Siklus Hidup Manusia

    1. Identitas versus kebimbingan identitas merupakan tahap perkembangan Erikson yang kelima yang terjadi di saat individu berada pada masa remaja. Pada tahap ini remaa berusaha untuk menemukan siapakah mereka sebenarny, apa saja yang ada dalam diri mereka, dan arah mereka dalam menjalani hidup. Psychological moratorium adalah istilah Erikson untuk kesenjangan antara rasa aman di masa kanak-kanak dengan otonomi individu dewasa yang dialami remaja sebagai bagian dari eksplorasi identitas mereka. Remaja yang tidak berhasil menyelesaikan krisis identitasnya akan mengalami yang disebut oleh Erikson sebagai Identity confusion (kebimbangan akan identitasnya).

Eksperimentasi Kepribadian dan Peran

Eksperimen kepribadian ini merupakan usaha remaja dalam mencari tempat mereka yang sesuai di dunia ini. Ketika remaja secara bertahap menyadari bahwa mereka bertanggung jawab akan diri mereka dan kehidupan mereka sendiri, remaja kemudian akan mencari seperti apakah kehidupannya nanti. Ada beratus-ratus peran yang dapat dicoba oleh remaja, dan mungkin juga banyak cara untuk bisa memperoleh setiap peran. Erikson meyakini bahwa di masa remaja akhir, peran dalam dunia kerja merupakan titik pusat dari perkembangan identitas.

Kompleksitas dari Teori Erikson

Pandangan yang kompleks dari Erikson mengenai identitas melibatkan tujuh dimensi (Bourne, 1978):

  1. Genetik
  2. Adaptif, perkembangan remaja dapat dilihat sebagai suatu hasil atau prestasi yang adaptif.
  3. Struktural
  4. Dinamis
  5. Subyektif atau berdasarkan pengalaman
  6. Timbal balik psikososial
  7. Status Eksistensial
    1. Beberapa Pemikiran Kontemporer tentng Identitas

Pandangan-pandangan kontemporer mengenai perkembangan identitas menyatakan adanya beberapa pertimbangan penting, pertama perkembangan identitas, kedua perkembangan identitas merupakan suatu proses yang luar biasa kompleks (Marcia, 1987, 1989). Pembentukan dimulai dengan munculnya keterikatan (attachment). Pembentukan identitas tidak selalu terjadi secara teratur, dan biasanya uga tidak teradi secara tiba-tiba tetapi teradi secara sedikit-sedikit.

    1. Empat Status Identitas

Krisis suatu masa perkembangan identitas di mana remaja memilah-milah alternative-alternatif yang berarti dan tersedia.

Komitmen merupakan suatu bagian dari perkembangan identitas di mana remaja menunjukan adanya suatu investasi pribadi pada apa yang akan mereka lakukan.

Perkembangan identitas Erikson mengandung empat status identitas, atau cara-cara untuk mengatasi krisis identitas:

  • Difusi identitas (identity diffusion) untuk remaja yang belum pernah mengalami krisis atau membuat komitmen.
  • Membuka identitas (identity foreclosure) untuk remaja yang tela membuat suatu komitmen namun belum mengalami krisis.
  • Moratorium identitas(identity moratorium) untuk remaja yang mengalami krisis, namun tidak memiliki komitmen sama sekali ataupun memiliki komitmen yang tidak terlalu jelas.
  • Pencapaian identitas (identity achievement) untuk remaja yang telah melewati krisis dan membuat komitmen.

Perubahan Berdasarkan Perkembangan

Terdapat tiga aspek dari perkembangan remaj muda yang penting dalam pembentukan identitas (Marcia, 1987):

  • remaja muda rus membentuk rasa percaya teradap dukungan orang tua,
  • mengembangkan suatu pemikiran untuk giat menghasilkan sesuatu, dan
  • memperoleh perspektif mengenai masa depan yang merefleksikan diri mereka sendiri.

Beberapa peneliti yakin bahwa perubahan identitas yang paling penting terjadi di masa muda, bukan di masa remaja awal (Kroger, 1992). Sejumla peneliti status identitas mengungkapkan bahwa terdapat suatu pola yang umum di antara individu yang tela mengembangkan identitas positif yaitu mengikuti siklus “MAMA”, moratorium-achievement-moratorium-achievement (Archer, 1989). Siklus ini bisa berlangsung berulang-ulang sepanjang hidup seorang(Francis, Fraser, & Marcia, 1989).

Pengaruh Keluarga terhadap Identitas

  • Orang tua yang demokratis yang mendorong remaja untuk berpartisipasi dalam membuat suatu keputusan keluarga, akan lebih cepat mencapai identity achievement.
  • Orang tua yang otokratis, yang mengontrol tingkah laku remaja tanpa memberi suatu kesempatan untuk mengeskpresikan pendapat, mendorog terjadinya identity foreclosure pada remaja.
  • Orang tua yang permisif yang memberikan sedikit arahan kepada remaja dan membiarkan remaja membuat keputusannya sendiri, mendorong terjadinya identity diffusion pada diri remaja.

Individualitas terdiri dari dua dimensi:

  1. Asertivitas diri (self-assertion) yaitu kemampuan untuk memiliki dan mengkomunikasikan suatu sudut pandang dan
  2. Keterpisahan (separateness) yaitu penggunaan pola-pola komunikasi untuk mengekspresikan bagaimana diri seorang berbeda dengan orang lain.

Keterikatan juga terdiri dari dua dimensi:

  1. Mutualitas yaitu sikap sensitif dan hormat pada pandangan orang lain
  2. Penyerapan (permeability) yaitu terbuka terhadap pandangan orang lain.

Aspek Budaya dan Etnis dari Identitas

Bagi individu-individu etnis minoritas remaja sering dianggap menjadi suatu masalah di masa perkembangan mereka. Ketika tumbuh dewasa secara kognitif, remaja dari etnis minoritas menjadi sangat sadar akan adanya evaluasi terhadap kelompok etnisnya yang dilakukan oleh budaya mayoritas lain. Bagi para pemuda etnis minoritas, kurangnya jumlah suri tauladan yang sukses dari etnis minoritas dijadikan tokoh untuk identifikasi diri adalah suatu masalah yang khusus (Blash & Unger, 1992).

Helms memperbaiki model perkembangan identitas kelompok minoritas dari Cross dalam 4 tahap yaitu:

  1. Preencounter, pada tahap pertama iniindividu kelompok etnis minoritas lebih memilih nilai-nilai budayanya sendiri.
  2. Encounter pencapaian tingkat ini dapat terjadi karena adanya suatu kejadian yang membuat individu menyadari bahwa dirinya tidak akan pernah benar-benar menjadi anggota dari etnis lain. Dalam tahap ini individu etnis minoritas mulai berhasil melawan penolakan diri mereka.
  3. Immersion/Emersion, di awal tahap ini immersion individu etnis minoritas secara total menyetujui pandangan-pandangan etnis minoritas dan menolak masyarakat yang dominant. Munculnya gerakan menuju tahap ini dapat didorong oleh (1) individu mulai dapat menyelesaikan pertentangan-pertentangan dan mengembangkan pemahaman yang lebih baik terhadap kekuatn-kekuatan sosial, (2) individu mulai bertanya pada dirinya sendir, “Kenapa saya harus meras malu dengan siapa diri saya?”. Pada masa kedua di tahap ini emersion), tidak nyaman dengan pandangan mereka yang sangat kaku pada masa immersion dan emersion membuat individu dapat mengatasi rasa marahnya yang menjadi diri pada awal tahap ini melalui kelompok diskusi, eksplorasi terhadap isu-isu rasial atau etnis dan sebagainya.
  4. Internalization/Commitment, individu-individu mengalami suatu rasa pemenuhan yang disebabkan karena adanya integrasi antara identitas diri mereka dengan identitas kulturalnya.

Berikut ini adalah kelima tahap perkembangan identitas etnis kulit putih dari Helms:

  1. Kontak
  2. Desintegrasi
  3. Pengintegrasian Kembali
  4. Kebebasan semu pseudo-independence
  5. Otonomi

a. Identitas diri yang berbeda

Identitas berbeda atatu multiple selves adalah seseorang kala ia melakukan berbagai aktivitas, kepentingan, dan hubungan sosial. Ketika kita terlibat dalam komunikasi antar pribadi, kita memiliki dua diri dalam konsep diri kita.

  • Pertama persepsi mengenai diri kita, dan persepsi kita tentang persepsi orang lain terhadap kita (meta persepsi).
  • Identitas berbeda juga bisa dilihat kala kita memandang 'diri ideal' kita, yaitu saat bagian kala konsep diri memperlihatkan siapa diri kita 'sebenarnya' dan bagian lain memperlihatkan kita ingin 'menjadi apa' (idealisasi diri)

Contohnya saat orang gemuk berusaha untuk menjadi langsing untuk mencapai gambaran tentang dirinya yang ia idealkan.

6. Proses pengembangan kesadaran diri

Proses pengembangan kesadaran diri ini diperoleh melalui tiga cara, yaitu;

  • Cermin diri (reflective self) terjadi saat kita menjadi subyek dan obyek diwaktu yang bersamaan, sebagai contoh orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi biasanya lebih mandiri.
  • Pribadi sosial (social self) adalah saat kita menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk menilai konsep diri kita, hal ini terjadi saat kita berinteraksi. Dalam interaksi, reakasi orang lain merupakan informasi mengenai diri kita, dan kemudian kita menggunakan informasi tersebut untuk menyimpulkan, mengartikan, dan mengevaluasi konsep diri kita. Menurut pakar psikologi Jane Piaglet, konstruksi pribadi sosial terjadi saat seseorang beraktivitas pada lingkungannya dan menyadari apa yang bisa dan apa yang tidak bisa ia lakukan [3]

Contoh: Seseorang yang optimis tidak melihat kekalahan sebagai salahnya, bila ia mengalami kekalahan, ia akan berpikir bahwa ia mengalami nasib sial saja saat itu, atau kekalahan itu adalah kesalahan orang lain. Sementara seseorang yang pesimis akan melihat sebuah kekalahan itu sebagai salahnya, menyalahkan diri sendiri dalam waktu yang lama dan akan mempengaruhi apapun yang mereka lakukan selanjutnya, karena itulah seseorang yang pesimis akan menyerah lebih mudah.

  • Perwujudan diri (becoming self). Dalam perwujudan diri (becoming self) perubahan konsep diri tidak terjadi secara mendadak atau drastis, melainkan terjadi tahap demi tahap melalui aktivitas serhari hari kita. Walaupun hidup kita senantiasa mengalami perubahan, tetapi begitu konsep diri kita terbentuk, teori akan siapa kita akan menjadi lebih stabil dan sulit untuk dirubah secara drastis.

Contoh, bila kita mencoba merubah pendapat orang tua kita dengan memberi tahu bahwa penilaian mereka itu harus dirubah - biasanya ini merupakan usaha yang sulit. Pendapat pribadi kita akan 'siapa saya' tumbuh menjadi lebih kuat dan lebih sulit untuk diubah sejalan dengan waktu dengan anggapan bertambahnya umur maka bertambah bijak pula kita.Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.

BAB II

Personal Meaning

Personal meaning dianggap menjadi salah satu hal yang penting yang menggerakkan individu mencapai prestasi. Selain itu, Frankl (dalam Wiebe, 2001) memandang bahwa seseorang yang memiliki personal meaning yang positif (fulfillment of personal meaning) dalam kehidupan, berkontribusi kepada harapan dan optimisme dan menghargai terjadinya suatu masa buruk dalam siklus kehidupan.
Bilamana terjadi suatu kejadian atau peristiwa buruk, personal meaning diyakini dapat membantu memunculkan kebangkitan diri individu dari keadaan yang tidak diinginkan. Frankl (dalam Wiebe, 2001) berkeyakinan bahwa meaningfulness (kebermaknaan) dalam hidup, berhubungan dengan self esteem yang tinggi dan perilaku yang murah hati terhadap orang lain, sedangkan meaningless (ketidakbermaknaan) dalam hidup berasosiasi dengan ketidakpedulian atau melepaskan diri (diengagement).

Personal Meaning dalam beberapa perspektif :
1. Perspektif Relativitas
Battista dan Almond (dalam Visser, 1973) melakukan penelitian terhadap berbagai teori personal meaning yang berbeda, dan menemukan bahwa meaning bagi setiap orang itu berbeda, dan pencapaian menemukan meaning itu sendiri unik bagi setiap orang. Toleransi Battista dan Almond terhadap sistem kepercayaan yang memunculkan struktur bagi perkembangan personal meaning adalah tanda penting dalam perspektif relativitas ini. Dalam penelitiannya tersebut, Battista dan Almond menemukan 4 hal yang biasa ditemukan yang berhubungan dengan personal meaning, yaitu ;


Orang yang percaya bahwa hidupnya bermakna , secara positif pasti meyakini konsep-konsep tertentu, seperti humanistik, religiusitas, atau idiosyncratic yang berhubungan dengan makna kehidupan.
Konsep meaning yang mereka yakini, memunculkan kekonsistensian mereka untuk mencapai arah dan tujuan hidup mereka.
Orang yang percaya bahwa hidup mereka bermakna , entah hidup mereka sudah bermakna atau mereka yang masih berusaha mencapai tujuan hidupnya.
Dalam proses mencapai tujuan hidup yang mereka buat, dalam diri seseorang , akan muncul perasaan signifikan pada diri mereka sendiri dan rasa bangga terhadap kehidupan mereka.

2. Perspektif Eksistensial
Personal meaning menurut perspektif eksistensialis didasarkan dari berbagai pemikiran filosofi, psikiatri dan psikolog. Sartre, Kierkegaard, dan Nietzche, di mana semuanya penganut eksistensialis yang sangat meyakini pengalaman seseorang, pada waktu dan situasi tertentu. (May & Yalom, 1995 dalam Wiebe,2001). Tujuan pokok Humanisme – Eksistensialis adalah keselamatan dan kesempurnaan manusia.


2.1. Perspektif Eksistensial Sartre
Pandangan Sartre mengenai Eksistensialisme sebagai Humanisme adalah ajaran yang menghargai kehidupan manusia, dan mengajarkan bahwa setiap kebenaran dan tindakan mengandung keterlibatan lingkungan dan subjektifitas manusia (Sartre dalam Soejadi, 2001 ). Sartre berpendapat bahwa manusia yang memiliki kebebasan, kemerdekaan, dan sebagai makhluk pribadi yang otonom. Sartre menghargai dan menjunjung tinggi eksistensi pribadi serta subjektifitas dalam kehidupan bersama. Kebebasan bagi Sartre adalah absolut, tidak ada batas lagi kebebasan selain batas yang ditentukan oleh kebebasan itu sendiri. Kebebasan sebagai arah dan tujuan hidup selaku manusia adalah kepribadian atau kedirian yang sifatnya sedemikian rupa sehingga orangnya bebas dari beraneka ragam alienasi yang menekannya, dan bebas pula untuk kehidupan yang utuh, tak tercela, berdikari dan kreatif. Selain itu, Sarte juga menekankan bahwa manusia harus bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilihnya. Menurutnya, manusia harus dipahami sebagai subjek otonom, memiliki keunikan dan kedudukan eksistensial. Individualitas dan personalitas manusia menjadi penting karenanya.

2.2. Perspektif Eksistensial Omoregbe
Omoregbe (dalam Soejadi, 2001) mengatakan implikasinya dalam sikap dan tindakan humanis, bahwa kebebasan manusia menurut Sartre memberikan dan membawa jalan keluar yang fundamental untuk mentransendensi atas dunia, menumbuhkan semangat keberanian manusia untuk berbuat lebih kreatif dan progresif dalam usaha meraih hidup yang lebih tinggi , memberi peluang kepada setiap pribadi manusia untuk mengembangkan diri.

e. Definisi Meaning dan Personal Meaning

1. Definisi Meaning Menurut Maslow
Maslow (dalam Wiebe, 2001) mengatakan bahwa meaning dialami dari aktualisasi diri, individu yang termotivasi untuk mengetahui alasan atau maksud dari keberadaan dirinya. Ia juga mengatakan bahwa setiap individu memiliki dorongan untuk memenuhi kebutuhannya dari yang sederhana sampai kebutuhan yang kompleks. Aktualisasi diri adalah pencapaian suatu potensi terbesar dalam diri, menjadi yang terbaik yang dapat dilakukannya, dan mencapai tujuan hidup dirinya.

2. Definisi Meaning Menurut Baumeister
Baumeister (1991), mengatakan bahwa meaning mengandung beberapa bagian kepercayaan yang saling berhubungan antara benda, kejadian dan hubungan. Baumeister menekankan bahwa meaning pada akhirnya memberikan arahan, intensi pada setiap

Daftar Pustaka

· id.wikipedia.org

· www.google.co.id

· www.episentrum.com

· www.izzahaliyyah.blogspot.com

· www.an99unsajjoh.ngeblogs.com

· www.id.answers.yahoo.com