Minggu, 08 Januari 2012

ANTROPOLOGI


BAB I
PERKEMBANGAN SENI DI INDONESIA

Tujuan pembelajaran Anda pada bab ini adalah:
·         dapat menjelaskan seni bagian dari kebudayaan;
·         dapat menjelaskan cabang-cabang seni;
·         dapat menjelaskan perkembangan seni di Indonesia;
·         dapat menjelaskan fungsi seni dalam kehidupan manusia;
·         dapat menjelaskan bentuk-bentuk seni yang berkembang di Indonesia;
·         dapat menjelaskan hubungan antara karya seni, pelaku seni, dan masyarakat;
·         dapat menentukan sikap terhadap dampak dari potensi seni.




A.    Seni Bagian dari Kebudayaan
Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka hidup bermasyarakat yang dijadikan milik diri dengan belajar.
Adapun unsur-unsur kebudayaan tersebut mencakup:
1.      sistem religi dan upacara keagamaan,
2.      sistem dan organisasi kemasyarakatan,
3.      sistem pengetahuan,
4.      bahasa,
5.      kesenian,
6.      sistem mata pencaharian hidup, dan
7.      sistem teknologi dan peralatan.
Sehingga seni merupakan salah satu dari unsur-unsur kebudayaan yang universal. Secara khusus Koentjaraningrat menegaskan bahwa pengertian kesenian adalah segala ekspresi hasrat manusia akan keindahan.
B.     Cabang-cabang Seni
Koentjaraningrat mengemukakan, bahwa dipandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan, maka ruang lingkup kesenian dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai berikut.
1.      Seni rupa adalah kesenian yang dinikmati melalui indra penglihatan atau mata.
2.      Seni suara adalah kesenian yang dinikmati melalui indra pendengaran atau telinga.


Masing-masing golongan tersebut masih dibedakan menurut jenisnya. Seni rupa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a.       seni patung,
b.      seni relief,
c.       seni lukis atau gambar, dan
d.      seni rias.
Adapun seni suara dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu:
a.       seni vokal,
b.      seni instrumental, dan
c.       seni sastra.
Berdasarkan bentuknya seni sastra dibedakan menjadi dua macam, yaitu prosa dan puisi.
Dari cabang seni rupa dan seni suara, muncullah bentuk seni tari. Seni tari dapat dinikmati keindahannya melalui paduan antara seni rupa dengan seni suara. Keindahan seni tari akan muncul saat kita melihat gerakan-gerakan yang ditampilkan sang penari sambil mendengarkan musik yang mengiringi tarian tersebut. Paduan dari keseluruhan cabang seni, atau paduan seni tari dengan seni sastra melahirkan seni drama.
Edi Sedyawati (2006), mengelompokkan seni menjadi :
1.      Seni Rupa
2.      Seni Pertunjukan
3.      Seni Sastra
4.      Seni Media Rekam

C.    Perkembangan Seni di Indonesia
1.      Perkembangan Seni pada Masa Prasejarah
Kebudayaan ada sejak manusia ada, karena manusia yang telah menciptakan suatu bentuk kebudayaan. Seperti diungkapkan oleh para ahli purbakala, bahwa kehidupan manusia telah mengalami proses evolusi yang sangat panjang dengan memakan waktu jutaan tahun untuk membentuk pola kehidupan manusia seperti yang ada sekarang. Menurut penelitian para ahli purbakala, manusia merupakan satu jenis makhluk yang telah mengalami proses evolusi dari sejenis makhluk primata sejak sekitar 70.000.000 tahun yang lalu.
            Adanya peralatan batu yang ditemukan di dekat penemuan fosil manusia purba menunjukkan bahwa manusia purba telah memiliki kebudayaan dalam bentuk peralatan yang terbuat dari batu. Lebih jauh penguasaan manusia purba terhadap unsur-unsur kebudayaan lama (primitif), nampak dengan ditemukannya berbagai gambar-gambar sederhana yang terlukis di dinding langit-langit gua tempat kediaman manusia purba. Gambar-gambar sederhana yang terdapat di dinding gua tempat kediaman manusia purba tersebut menunjukkan bahwa manusia purba telah mulai mengenal seni lukis sebagai bentuk ungkapan perasaan.
Media lukis zaman prasejarah yaitu pada dinding gua dengan cat atau bahan pewarna dari getah tumbuh-tumbuhan.
Benda-benda seni yang merupakan bentuk kebudayaan manusia proto sejarah, banyak ditemukan di Indonesia dalam bentuk bangunan megalitik. Bangunan megalitik, yaitu bangunan batu besar yang dibuat berkaitan dengan unsur kepercayaan pada waktu itu, yaitu menyembah roh nenek
moyang.
Perkembangan zaman mengakibatkan pula perkembangan tingkat kecerdasan manusia. Hal itu diwujudkan dalam bentuk peningkatan kemampuan manusia membuat alat-alat yang semula terbuat dari batu ke logam.
2.      Perkembangan Seni pada Masa Abad ini
a.       Perkembangan seni pada masa kebudayaan hindu-budha
Di Indonesia pengaruh kebudayaan Hindu mewarnai pola kebudayaan masyarakat sejak abad ke-4 Masehi. Bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia adalah berupa batu bertulis (prasasti) yang ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.
Berbagai benda bersejarah peninggalan kebudayaan Hindu di Indonesia terutama menyangkut peninggalan masa kejayaan suatu kerajaan. Benda peninggalan tersebut pada umumnya berbentuk bangunan yang fungsinya berkaitan dengan sistem religi, sedangkan corak pembuatannya menunjukkan tingginya tingkat peradaban pada masa itu.
1)      Perkembangan seni rupa
Berbagai bentuk candi maupun arca peninggalan zaman kerajaan Hindu dan Budha menunjukkan perkembangan seni bangunan (relief) yang sekaligus menunjukkan perkembangan seni rupa pada masa Indonesia kuno.
Media lukis pada masa ini adalah daun lontar, kulit binatang, dinding batu atau dinding bangunan suci, dinding kayu, dengan cat atau bahan perwarna.
2)      Perkembangan seni sastra
Perkembangan bidang seni sastra di Indonesia pada masa kebudayaan Hindu-Buddha, dapat kita temukan dalam bentuk prasasti dn buku-buku kitab suci kuno masa Hindu-Budha.
3)      Perkembangan seni pertunjukan
Perkembangan seni pertunjukan pada masa Indonesia kuno dapat diketahui melalui tulisan pada prasasti-prasasti, relief-relief candi, dan kitab-kitab sastra yang ada. Secara khusus tidak ada prasasti yang menuliskan tentang adanya suatu bentuk pertunjukan seni, namun pemakaian kata-kata yang bermakna tentang seni pertunjukan sering muncul dalam prasasti, kitab sastra, ataupun relief pada candi.
b.      Perkembangan seni pada masa kebudayaan Islam
Kedatangan pedagang-pedagang dari Parsi dan Gujarat ke Indonesia pada abad ke-13 merupakan tonggak sejarah masuknya ajaran agama Islam ke Indonesia. Masuknya ajaran Islam ke Indonesia telah berpengaruh terhadap kebudayaan masyarakat Indonesia.
1)      Perkembangan seni rupa
Pengaruh kebudayaan Islam yang menonjol adalah tulisan kaligrafi, seni baca al-Qur’an, dan kesenian musik rebana/khazidahan. Pengaruh kebudayaan Islam terhadap perkembangan seni rupa Indonesia tidak terbatas pada lukisan (kaligrafi) melainkan juga pada seni bangunan (arsitektur). Seni bangunan yang merupakan bentuk peninggalan kebudayaan Islam adalah bangunan masjid. Seni arsitektur masjid di Indonesia pada umumnya tidak sepenuhnya menggunakan unsur kebudayaan Islam melainkan masih dipadukan dengan unsur-unsur etnis yang mewakili kebudayaan pra-Islam.
2)      Perkembangan seni sastra
·         Pada abad ke-17, agama Islam telah berkembang di Sulawesi Selatan, sehingga kesusastraan Bugis dan Makassar ditulis dalam huruf Arab yang disebut aksara Serang.
·         Pada masa Kerajaan Mataram Islam yang dipimpin Sultan Agung (1613 – 1645) pengaruh kesusasteraan Islam terhadap kebudayaan Jawa tampak dalam bentuk perhitungan kalender yang dikenal sebagai “tahun Jawa”.
·          Perkembangan sastra pada masa awal penyebaranagama Islam di daerah Melayu (kawasan Sumatra dan sekitarnya) muncul sastra saduran yang bersumber pada karya-karya sastra Persia serta karya-karya sastra Jawa. Karya-karya sastra yang diterbitkan di daerah Melayu ditulis dalam huruf Arab, sedangkan karya sastra saduran yang diterbitkan di Jawa ditulis dengan huruf Jawa dan huruf Arab.
·         Salah satu jenis sastra yang berkembang pesat pada masa awal pernyiaran agama Islam di Indonesia adalah jenis sastra yang disebut suluk. Istilah suluk berasal dari bahasa Arab yang berarti jalan.
3)      Perkembangan seni pertunjukan
Seni pertunjukan khususnya di Jawa berkembang seiring dengan kegiatan dakwah oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga, salah satu dari Walisanga dan tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa, menggunakan media wayang kulit sebagai media dakwah.
c.       Perkembangan seni pada masa penjajahan
1)      Perkembangan seni rupa pada masa penjajahan
Pada masa penjajahan Belanda perkembangan seni rupa, khususnya seni lukis memperoleh angin segar. Pada masa VOC, pemerintahan Heeren XVII mengeluarkan peraturan yang sangat menguntungkan bagi perkembangan seni lukis di Indonesia. Isi peraturan tersebut, yaitu setiap kapal yang melakukan ekspedisi pelayaran ke Indonesia harus menyertakan pelukis-pelukis atau juru gambar (teekenaars). Disamping memenuhi keinginan VOC, para juru gambar itu pun menggunakan kesempatan berkunjung ke Indonesia untuk mengembangkan kreativitasnya dalam melukis.
2)      Perkembangan seni bangunan pada masa penjajahan
Pengaruh kebudayaan Eropa pada masa penjajahan terhadap kebudayaan Indonesia tidak terbatas pada seni lukis saja, pada bidang seni bangunan (arsitektur) banyak peninggalan seni bangunan bergaya Eropa bertebaran di Indonesia. Misalnya bangunan benteng, istana, rumah tempat kediaman orang-orang Belanda ataupun Portugis, dan bangunan gereja.
            Beberapa bangunan peninggalan masa kolonial tersebut kini banyak yang masih berfungsi sebagaimana asalnya, dan sebagian justru menjadi objek wisata budaya, misal Benteng Vredeburg, Vesting, Vestenburg, dan Verstrerking.
3)      Perkembangan seni kerajinan pada masa penjajahan
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda bidang seni kriya atau kerajinan, memperoleh kesempatan untuk berkembang. Pada waktu pemerintah Hindia Belanda mengalami kesulitan dalam hal penyediaan alat perlengkapan bagi tentaranya karena adanya konflik dengan Inggris, maka Gubernur Jenderal Daendels yang berkuasa di Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan. Kebijakan tersebut mengenai perlunya pengembangan kerajinan rakyat di bidang pengadaan pakaian, topi, sabuk, sepatu, pakaian berkuda, dan tempat peluru. Pengembangan kerajinan rakyat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tentara Belanda.
4)      Perkembangan seni sastra pada masa penjajahan
Perkembangan seni sastra pada masa penjajahan di Indonesia berawal saat pemerintah Hindia Belanda mengizinkan pendirian sekolah-sekolah dan mengizinkan penduduk pribumi (meski hanya kalangan terbatas) untuk mengenyam pendidikan (meski terbatas pada tingkat tertentu saja).
Kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda dalam menjalankan politik etis, khususnya dalam bidang pendidikan telah membuka kesadaran masyarakat dalam bidang membaca dan menulis. Hal itu ditandai dengan munculnya berbagai terbitan surat kabar berbahasa Melayu yang ada di Jakarta maupun kota-kota besar lainnya.
Melalui surat kabar inilah para cerdik cendekiawan pribumi menuangkan berbagai gagasan buah
pikirannya. Beberapa cerita bersambung maupun cerita roman, baik yang ditulis dalam bahasa Melayu
maupun bahasa Belanda terbit menghiasi surat kabar tersebut.
5)      Perkembangan seni pertunjukan pada masa penjajahan
Pada masa penjajahan Belanda perkembangan seni pertunjukan, khususnya seni drama modern diawali dengan adanya kelompok teater keliling “Teater Bangsawan” pada tahun 1870 yang berasal dari Penang, Malaysia. Saat mengadakan pentas di Jakarta rombongan tersebut bubar dan semua peralatannya dibeli oleh Jaafar yang kemudian membentuk rombongan baru yang dinamainya ”Stamboel “. Di Deli, Sumatra utara telah berdiri teater Indera Ratoe Opera.
            Perkembangan seni sastra di Indonesia diawali sejak abad ke-7 Masehi, yaitu dengan penemuan prasasti Muara Kaman yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Setiap daerah di Indonesia memiliki karya sendiri.
D.    Fungsi Seni dalam Kehidupan Manusia
Fungsi seni adalah
1.      Sebagai akualisasi diri
      Melalui karya seni seseorang mampu mencoba mengaktualisasikan dirinya dengan mengekspresikan segala bentuk perasaan hatinya ke dalam karya seni. Berbagai bentuk karya sastra merupakan ungkapan perasaan hati yang tertuang dalam bentuk tulisan.
2.      Sarana rekreasi
Seni rupa, seni sastra, dan seni pertunjukan merupakan bagian dari sarana hiburan bagi masyarakat luas.
3.      Fungsi edukasi
Seni rupa, seni sastra, dan seni pertunjukan dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran bagi masyarakat luas. Melalui seni pertunjukan dapat diambil hikmah yang terkandung melalui kisah yang dipentaskan tersebut. Penyampaian berbagai bentuk pesan maupun kebijakan pemerintah yang disosialisasikan kepada masyarakat luas cenderung mudah diterima, jika disampaikan melalui seni pertunjukan.

4.      Fungsi sosialisasi
Seni pertunjukkan merupakan salah satu sarana yang dipergunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah, penanaman nilai, dan norma sosial. Melalui pertunjukan seni tradisional (ketoprak, wayang, lenong) ataupun seni modern (film), berbagai program pemerintah dapat disosialisasikan ke masyarakat luas.

5.      Fungsi religi
Seni rupa, seni sastra, dan seni pertunjukan dapat berfungsi sebagai sarana dalam menuangkan ajaran-ajaran agama untuk dikenalkan kepada masyarakat luas.
E.     Bentuk-bentuk Seni yang Berkembang di Indonesia
1.      Seni rupa adalah hasil seni yang berupa visual yang diciptakan oleh manusia dalam berbagai media.
Seni rupa terbagi menjadi 3 jenis yaitu Seni lukis, seni patung, seni arsitektur
2.      Seni sastra merupakan  perwujudan pengalaman sastrawan atau pujangga yang diungkapkan sepenuh hati dengan imajinasi dan bahasa yang khas.
Terdapat banyak karya sastra yang berkembang di Indonesia. Karya sastra di Indonesia yang berkembang sejak masa Hindu-Budha dan semakin berkembang ketika masuknya kebudayaan islam, seperti : syair, sajak, puisi, cerpen, roman, novel.
Dalam seni sastra terbagi manjadi 2 jenis, yaitu: seni prosa, dan puisi.
3.      Seni pertunjukan, menurut Edy Sedyawati (2006) memiliki fungsi sebagai berikut :
a.       Fungsi religius
b.      Fungsi edukasi
c.       Fungsi peneguhan integrasi sosial
d.      Fungsi hiburan
e.       Fungsi maa pencaharian
Dalam seni pertunjukan terdapat seni lain yang mengisi seni pertunjukan yaitu:
a)      Seni Musik, dalam kerangka kebudayaan telah dilakukan sejak abad ke-19, dengan cara mengumpulkan nyanyian-nyanyian rakyat.
b)      Seni tari yang berkembang di Indonesia banyak sekali. Keberagaman kebudayaan menambah corak atau ciri khas dari tari tersebar itu. 
c)      Seni teater (Drama) mempunyai fungsi hiburan, selain itu juga berfungsi sebagai sarana pewarisan nilai-nilai masyarakat dari generasi ke generasi. Selain tiu dalam seni teater terdapat seni musik, seni suara, seni tari dll.
Terdapat bentuk-bentuk seni yang merupakan cabang dari seni baik itu seni rupa, seni sastra, dan seni pertunjukan yang berkembang di Indonesia dan mempunyai ciri khas kedaerahan, misalnya :
a.       Seni yang berkembang pada masyarakat suku bangsa Batak
b.      Seni yang berkembang pada masyarakat suku bangsa Minangkabau
c.       Seni yang berkembang pada masyarakat suku bangsa Sunda
d.      Seni yang berkembang pada masyarakat suku bangsa Jawa
e.       Seni yang berkembang pada masyarakat suku bangsa Bali
f.       Seni yang berkembang pada masyarakat suku bangsa Dayak
g.      Seni yang berkembang pada masyarakat suku bangsa Bugis-Makasar
h.      Seni yang berkembang pada masyarakat suku bangsa Asmat-Dani
F.     Hubungan antara Karya Seni, Pelaku Seni, dan Masyarakat
kita dapat menemukan tiga unsur yang terkait dalam hal pengadaan benda-benda hasil kerajinan tersebut. Unsur-unsur yang dimaksud sebagai berikut.
1.      Pelaku seni atau seniman yang menjadi pencetus ide pengadaan barang-barang kerajinan.
2.      Hasil karya seni yang diproduksi.
3.      Masyarakat yang berperan sebagai pelaksana produksi sekaligus sebagai konsumen.
Mengamati berbagai bentuk karya seni yang diciptakan oleh para seniman, kita perlu berpikir lebih jauh tentang masa depan dari karya seni tersebut, sekaligus kelangsungan hidup seniman itu sendiri. Maksudnya jika suatu hasil karya seni disambut baik oleh masyarakat (karena selain mengandung nilai estetika juga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat), maka hasil karya seni tersebut akan mengandung nilai ekonomi yang tinggi, dalam arti mudah laku di pasar. Nilai fungsional yang terkandung dalam sebuah karya seni inilah yang menjadikan karya seni sebagai sebuah komoditi yang dibutuhkan masyarakat, sehingga perlu diproduksi secara massal untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Pemanfaatan hasil karya seni oleh masyarakat luas akan mendatangkan keuntungan, baik dari segi moril maupun materiil bagi si pelaku seni. Di bidang moril, pelaku seni akan merasa bangga dan merasa dihargai hasil karyanya secara rohaniah karena hasil karyanya dimanfaatkan/ dicari masyarakat. Nilai ekonomi yang dimiliki benda-benda hasil karya seni tersebut memberikan keuntungan materi bagi pelaku seni.
Kondisi tersebut merupakan motivasi bagi pelaku seni untuk mengembangkan ide dan kreativitasnya sehingga mampu menyalurkan bakat seni sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sebuah karya seni akan berharga jika ada pihak lain yang mengakui keberadaan karya seni tersebut. Pihak lain yang dimaksud adalah masyarakat yang menjadi pencinta seni maupun masyarakat yang memanfaatkan karya seni sebagai upaya memenuhi kebutuhan.
Oleh karena itu diperlukan adanya keseimbangan antara kebutuhan pasar (masyarakat luas) dengan idealisme seniman sebagai pelaku seni yang utama.
Antara karya seni, pelaku seni dan masyarakat terjalin suatu bentuk keterkaitan Hal itu dapat kita temukan dalam contoh berikut ini. Dalam kehidupan masyarakat tradisional yang masih lekat dengan adat istiadat warisan masa lampau memiliki kecenderungan masih mempertahankan kesenian yang penuh dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku pada masa lampau. Oleh karena itu, apresiasi masyarakat terhadap seni tradisional masih sangat tinggi dan kurang bisa menerima bentuk-bentuk kesenian kontemporer (modern). Sebaliknya di lingkungan masyarakat modern, baik yang tinggal di pedesaan maupun di perkotaan, seni tradisional kurang mendapatkan tempat di dalam kehidupan mereka. Akan tetapi, mereka cenderung menyukai kesenian modern atau seni kontemporer. Dinamika masyarakat yang terus berubah membawa dampak pada perubahan terhadap apresiasi seni pada masyarakat. Kondisi inilah yang menyebabkan pasang-surutnya kehidupan seniman sebagai pelaku seni dalam menghasilkan karya-karya seni sekaligus mencerminkan kebudayaan suatu bangsa.
G.    Dampak dari Potensi Seni
Pada hakikatnya setiap daerah memiliki potensi seni yang bisa dikembangkan secara luas. Permasalahannya terletak pada bagaimana cara menggali potensi seni yang ada dan upaya pengembangannya.
1.      Dampak positif
Dampak positif adanya keanekaragaman kesenian, antara lain sebagai berikut.
a.       Sebagai sumber devisa Negara
b.      Sebagai sumber kesejahteraan masyarakat
c.       Sebagai identitas bangsa
2.      Dampak negatif
Perkembangan seni yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat Indonesia cenderung banyak dipengaruhi oleh masuknya seni asing terutama seni budaya barat. Hal itu membawa dampak negatif berupa:
a.       semakin rendahnya apresiasi masyarakat khususnya generasi muda terhadap potensi seni tradisional,
b.      kurangnya perhatian terhadap perkembangan potensi seni tradisional menyebabkan beberapa bentuk kesenian tradisional makin langka.

UJI KOMPETENSI
Kerjakan soal-soal berikut di buku kerja Anda.
1.      Jelaskan seni merupakan bagian dari kebudayaan!
2.      Jelaskan cabang-cabang dari seni itu sendiri!
3.      Jelaskan perkembangan seni di Indonesia!
4.      Jelaskan  fungsi seni dalam kehidupan manusia!
5.      Jelaskan bentuk-bentuk seni yang berkembang di Indonesia!
6.      Jelaskan hubungan antara karya seni, pelaku seni, dan masyarakat!
7.      Dapat menentukan sikap terhadap dampak dari potensi seni!



BAB II
AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Tujuan pembelajaran Anda pada bab ini adalah:
·         dapat menjelaskan pengertian agama;
·         dapat mendeskripsikan unsur-unsur agama;
·         dapat mendeskripsikan perbedaan agama, kepercayaan, dan kebudayaan;
·         dapat membedakan agama alam dan agama wahyu;
·         dapat mendeskripsikan kepercayaan yang berkembang di berbagai suku di Indonesia;
·         dapat mendeskripsikan agama yang berkembang di Indonesia;





A.     Pengertian Agama
Istilah agama dalam bahasa Inggris dikenal sebagai religion, sedangkan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah religie, serta dalam bahasa Arab dipergunakan kata ad din. Ad din merupakan suatu istilah untuk menyebut satu macam ilmu yang berdasarkan iman kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, yang disampaikan kepada Rasul atau utusan-Nya dengan jalan wahyu. Dalam bahasa Latin, istilah religion berasal dari kata re-eligare, yang berarti memilih kembali dari jalan sesat ke jalan Tuhan.
Istilah agama, semula berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri atas tiga suku kata, yakni: a, gam, dan a. Huruf: a sebagai awal kata mengandung makna: tidak, kata: gam sebagai akar kata kerja berarti pergi, sedangkan huruf: a sebagai akhiran tidak mengandung makna apapun. Dengan demikian istilah agama dalam bahasa Sanskerta berarti tidak pergi, tetap di tempat, langgeng, abadi. Istilah agama dalam bahasa Sanskerta juga bisa diartikan sebagai suatu doktrin, atau aturan tradisional yang suci.



B.     Unsur-unsur Agama
Secara terperinci Koentjaraningrat mengemukakan bahwa tiap religi merupakan suatu sistem yang terdiri atas empat komponen, yaitu sebagai berikut.
1.      Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius.
2.      Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan-bayangan manusia tentang sifat-sifat Tuhan serta tentang wujud dari alam gaib.
3.      Sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa, atau makhluk-makhluk halus yang mendiami alam gaib.
4.      Kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan dan yang melakukan upacara-upacara religius.
Unsur-unsur utama dalam sistem kepercayaan masingmasing agama berbeda-beda, salah satu unsur yang sama adalah Kitab Suci, karena setiap agama berpedoman pada ajaran Kitab Suci.
Sistem kepercayaan erat kaitannya dengan system upacara-upacara religius dan menentukan tata urutan dari pada unsur-unsur, acara serta rangkaian alat-alat yang dipergunakan dalam upacara religius. Adapun sistem upacara religius itu melambangkan konsep-konsep yang terkandung dalam sistem kepercayaan. Sistem upacara merupakan wujud kelakuan (behavioral manifestation) dari religi.
Komponen yang merupakan pelaku sistem upacara religius adalah para pengikut atau umat yang tergabung dalam kesatuan sosial atau kelompok religius, sebagai umat yang menganut sistem upacara religius tersebut. Kelompok religius ini bisa terdiri atas:
1.      keluarga inti;
2.      kelompok kekerabatan yang lebih luas;
3.      kesatuan komunitas;
4.      organisasi religius.
C.     Perbedaan Agama, Kepercayaan, dan Kebudayaan
Agama mengandung tiga inti pokok dasar sebagai berikut.
1.      Iman.
2.      Ibadat (liturgi).
3.      Akhlak.
Iman merupakan kekuatan abstrak yang dapat menyatukan dan menggalang persatuan antara anggota masyarakat. Iman menggerakkan setiap anggota masyarakat untuk beramal, baik dalam bentuk ibadat maupun dalam bentuk amal lainnya demi kepentingan bersama.
Ibadat (liturgi) mempunyai peran ganda sebagai berikut.
1.      Sebagai pengatur hubungan setiap pribadi dengan Sang Pencipta.
2.      Sebagai alat untuk mengatur hubungan antara sesama manusia.
Akhlak sebagai bagian pokok agama merupakan bagian dari pembentukan sikap mental yang merupakan syarat terpenting dalam membina dan memelihara ketenteraman masyarakat. Jika dalam suatu masyarakat yang anggotanya terdiri atas pribadipribadi berakhlak baik, akan terbina dan terpelihara ketenteraman.
Kepercayaan telah menjadi bagian yang melekat dalam kehidupan manusia, bahkan di era modern sekarang ini, banyak orang yang beragama tetapi tetap memegang teguh pada kepercayaan tertentu yang merupakan bagian dari kebudayaan atau tradisi bangsanya.
Munculnya kepercayaan bersifat dari proses pengalaman hidup yang dialami manusia berkaitan dengan alam lingkungan sekitarnya. Keterbatasan ilmu pengetahuan yang dikuasai manusia menumbuhkan pola perilaku yang berlandaskan pada kepasrahan manusia terhadap alam lingkungan tempat ia menggantungkan hidupnya. Dengan demikian kepercayaan merupakan bagian dari kebudayaan manusia.
Secara ringkas, perbedaan agama dengan kebudayaan sebagai berikut.
1.      Agama bersumber pada wahyu Ilahi, Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan kebudayaan merupakan hasil pikiran dan buah tangan manusia.
2.      Agama bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan tidak boleh dirubah, sedangkan kebudayaan bersifat relatif dan mengalami perubahan seirama dengan perubahan dan perkembangan alam pikiran manusia.
3.      Agama mengandung sistem creed, sistem ritual, dan system moral dalam mengatur segala aspek kehidupan, sedangkan kebudayaan tidak.
4.      Agama sebagai pegangan dan tuntunan hidup, kebudayaan sebagai aksi atau reaksi manusia terhadap alam sekitarnya.
5.      Agama sebagai alat revolusi rohani bagi pemeluknya untuk membebaskan diri dari berbagai tekanan hidup, sedangkan kebudayaan tidak.



No.
PERBEDAAN
AGAMA
KEPERCAYAAN
1.
Terdapat dogma-dogma atau ajaran yang baku dan mengikat pengikut-pengikutnya.
Tidak memiliki dogma-dogma atau ajaran yang baku dan mengikat, yang ditekankan adalah kesadaran diri pribadi dalam berhadapan dengan yang maha kuasa.
2.
Terdapat lembaga tertentu yang mengatur tata tertib anggota atau umatnya.
Tidak berbentuk agama.
3.
Terdapat pemimpin atau imam sebagai orang yang memiliki fungsi structural dalam bidang peribadatan.
Tidak ada pemimpin structural yang menjadi pemimpin umat.
4.
Terdapat upacara-upacara atau ritual-ritual tertentu yang berlaku dan harus diikuti
Tidak terdapat upacara-upacara khusus yang mengikat orang yang mengikutinya.


D.     Agama Bumi/Alam dan Agama Wahyu
1.      Agama Bumi atau Agama Alam
Agama bumi atau agama alam (natural religion) adalah agama yang diciptakan manusia yang pada mulanya merupakan sejenis filsafat hidup atau sebagai hasil pengalaman manusia yang diperoleh dari alam lingkungannya. Dalam kehidupan masyarakat proto sejarah yang kebudayaannya masih tergolong primitive. Ahli sejarah agama dari Jerman bernama N. Soderblom (1916) menyebutkan bahwa keyakinan paling awal yang menyebabkan terjadinya religi dalam masyarakat manusia adalah keyakinan akan adanya kekuatan sakti, hal-hal luar biasa dan gaib.  Agama alam (natural religion) diwujudkan dalam bentuk:
a.       Fetishisme adalah bentuk religi yang didasarkan pada kepercayaan akan adanya jiwa atau roh dalam bendabenda tertentu. Penganut kepercayaan ini melakukan aktivitas religius berupa pemujaan terhadap benda-benda tersebut.
b.      Animisme adalah bentuk religi yang didasarkan pada kepercayaan bahwa alam sekitar manusia berdiam berbagai macam roh. Penganut kepercayaan ini melakukan aktivitas religius berupa pemujaan terhadap roh-roh tersebut.  
c.       Animatisme adalah bukan merupakan bentuk religi namun merupakan sistem kepercayaan bahwa benda-benda dan tumbuh-tumbuhan di sekeliling manusia itu memiliki jiwa dan bisa berpikir seperti manusia. Kepercayaan ini tidak memunculkan -pemujaan terhadap benda dan tumbuhan di sekitarnya, tetapi menjiwai religi lain.
d.      Pre animisme adalah bentuk religi yang berdasarkan pada kepercayaan adanya kekuatan sakti dalam segala hal yang luar biasa dan terdiri atas aktivitas-aktivitas religius yang berpedoman kepada kepercayaan tersebut. Kepercayaan ini sering disebut sebagai dinamisme.
e.       Totemisme adalah bentuk religi yang ada dalam masyarakat yang terdiri atas kelompok-kelompok kekerabatan yang unilineal, dan berdasarkan kepercayaan bahwa kelompok-kelompok unilineal tadi masing-masing berasal dari dewa-dewa nenek moyang mereka. Guna mempererat kesatuan dalam kelompok unilineal, masing-masing kelompok tersebut mempergunakan benda-benda yang melambangkan dewa-dewa nenek moyang mereka.
f.       Polytheisme adalah bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan kepada satu sistem yang luas dari dewa-dewa dan terdiri atas upacara-upacara guna memuja dewa-dewa tadi.
2.      Agama Wahyu
Agama Wahyu (revealed religion) merupakan agama yang diturunkan oleh Tuhan kepada Rasul atau utusan-Nya melalui wahyu untuk disampaikan kepada manusia. Sebagai wahyu Tuhan, agama wahyu tidak dapat diubah dan kebenarannya bersifat mutlak.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka agama wahyu memiliki ciri khas yang tidak ditemukan pada agama alam yakni adanya utusan sebagai penerima wahyu dari Sang Pencipta.
E.     Kepercayaan yang berkembang di Indonesia
Masyarakat Indonesia telah mengenal sistem kepercayaan sebagai bagian dari pola kehidupan mereka. Dalam hal ini sistem kepercayaan yang mereka anut berdasarkan pada tradisi turun temurun sebagai bentuk agama asli Indonesia.
Adapun agama asli atau kepercayaan yang pernah berkembang di Indonesia antara daerah yang satu dan daerah yang lain berbeda-beda. Namun, pada hakikatnya sama yakni mengakui adanya kekuatan gaib dan melakukan ritual-ritual khusus berkaitan dengan pemujaan terhadap roh-roh.




Beberapa daerah di Indonesia memiliki kepercayaan yang berbeda-beda antara lain:
a.      Kalimantan Tengah
Kepercayaan masyarakat Kalimantan Tengah adalah KAharingan, yang artinya kehidupan. Mereka percaya kepada Ranying Hatalla yaitu Tuhannya yang menciptakan kehidupan dan mengatur segala sesuatu menuju kesempurnaan kekal abadi.
Dalam Kaharingan dipercaya bahwa alam semesta dibedakan menjadii 3 bagian yaitu alam bawah (pantai Danum Kalunen), Alam Atas, bagian langit ketujuh

b.      Nias (Sumatera Utara)
Suku Nias memiliki kepercayaan yang disebutpelebegu, istilah yang diberikan oleh para pendatang yang berarti penyembah roh. Menurut kepercayaan ini manusia memiliki dua macam tubuh yaitu tubuh kasar (boto) dan tubuh halus. Tubuh Halus dibagi lagi menjadi 2 macam yaitu moso (nafas) dan lumo-lumo (bayangan)

c.       Jawa
Masyarakat jawa (jawa tengan dan JAtim) banyak menganut tradisi kebatinan dan kejawen.

d.      Mentawai
Berada dipedalam Siberut. Masyarakatnya percaya bahwa setiap benda, manusia, hewan, dan tumbuhan memiliki jiwa. Kekuatan gaib yang ada di setiap benda disebut BAJOU.

e.       Batak
Masrakat batak memiliki kepercayaan animisme. Mereka memiliki kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Mereka percaya terhadap Roh. Roh orang mati disebut sebagai Begu. Roh orang yang masih hidup adalah Tondi,  Dan orang yang memiliki keistimewaan tertentu disebut sebagaiSahala.

f.       Baduy
Orang Baduy percaya kepada Tuhan yang disebut Batara Tunggal.
Segala kehidupan social dan kebiasaan mereka diuraikan dalam pikukuh yaitu seperangkat aturan perilaku yang diturunkan oleh leluhur. Pelanggar pikukuh harus mengikuti pembersihan  dan kemudian dibuang dari baduy dalam (kampong tangtu) ke daerah luar (kampong dangka)

g.      Tengger
Orang Tengger beragama Hindu yang lebih dekat ke Kejawen.

h.      Asmat
Orang Asmat percaya terhadap roh leluhur.

G.    Agama yang Berkembang di Indonesia
Kepercayaan kepada hal-hal yang gaib telah membentuk “agama asli“ bagi penduduk pribumi bangsa Indonesia. Namun, secara perlahan-lahan mulai bergeser ke arah pola hidup beragama. Hal itu disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan agama itu sendiri yang mulai memengaruhi kehidupan penduduk asli bangsa Indonesia.
1.       Awal perkembangan agama Hindu di Indonesia
Agama Hindu pertama kali lahir di India sejak zaman Weda, yaitu antara 2000 sampai 1000 tahun sebelum Masehi, dan mengalami perkembangan pesat yang kemudian dikenal sebagai pusat asal agama Hindu. Agama Hindu diperkirakan masuk ke Indonesia sejak abad ke-2 Masehi bersamaan dengan berkembangnya hubungan dagang antara India dan Indonesia pada masa itu. Pembawa dan penyebar agama Hindu ke Indonesia adalah kaum Brahmana atau Pendeta agama Hindu. Kedatangan para Brahmana atau Pendeta Hindu ke Indonesia tersebut karena diundang oleh para raja, agar mereka menjadi penasihat raja. Menurut catatan sejarah, kerajaan tertua di Indonesia adalah kerajaan Kutai yang bercorak Hindu.


Berikut beberapa kerajaan Hindu di Indonesia.
a.       Kerajaan Kutai (tahun 400 – 500 Masehi) merupakan kerajaan yang tertua dan diduga sebagai awal pertumbuhan dan perkembangan agama Hindu di Indonesia.
b.      Kerajaan Tarumanegara (kira-kira abad ke-5 Masehi).
c.       Kerajaan Mataram Kuno (sekitar tahun 732 Masehi).
d.      Kerajaan Kahuripan (tahun 1019 – 1041).
e.       Kerajaan Majapahit (antara tahun 1293 – 1401), yang merupakan kerajaan Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus menandai awal kemegahan bangsa Indonesia.

2.      Awal perkembangan agama Buddha di Indonesia
Seperti halnya agama Hindu, agama Buddha tumbuh dan berkembang pertama kali di India. Menurut catatan pendeta Buddha dari Cina yang bernama Fa Hien, agama Buddha masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 masehi. Menurut catatan Fa Hien, pada tahun 674 Masehi di Jawa Tengah berdiri
kerajaan Ho-ling (Kalingga) yang diperintah oleh seorang raja putri yang bernama Si-Mo atau Puteri Sima. Pada masa pemerintahannya ia telah membantu pendeta Cina Hwi-Ning (664 – 666) menerjemahkan kitab Tripitaka (kitab suci agama Buddha) dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina.
Agama Buddha berkembang pesat pada zaman kerajaan Sriwijaya, antara abad ke-7 sampai abad ke-8 Masehi. Pada masa itu kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pengetahuan agama Buddha di kawasan Asia Tenggara. Salah satu guru agama Buddha yang terkenal saat itu adalah Sakyakirti.
3.      Awal perkembangan agama Islam di Indonesia
Seiring dengan perkembangan jalur pelayaran dan perdagangan pada awal abad ke-7 agama Islam lahir dan berkembang di Arab. Pada abad ke-7 Masehi, agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat (India) yang sudah memeluk agama Islam. Sambil berdagang mereka menyebarkan agama Islam kepada masyarakat Indonesia di daerah-daerah yang mereka kunjungi.
4.      Awal perkembangan agama Khatolik di Indonesia
Ajaran agama Katolik, pertama kali tumbuh di daerah Timur Tengah (Yerusalem), merupakan tempat kelahiran Yesus Kristus, tokoh sentral dalam ajaran Katolik. Dari Timur Tengah ajaran Katolik ini berkembang ke Eropa pada masa kekaisaran Romawi, kemudian tumbuh dan berkembang menyebar ke Asia dibawa oleh kaum misionaris.
Agama Katolik masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Portugis ke daerah Maluku pada tahun 1512, disebarkan oleh Franciscus Xaverius, seorang misionaris berkebangsaan Portugis yang telah berkarya sebagai penyebar agama Katolik di wilayah Filipina. Dari kawasan Indonesia bagian timur inilah agama Katholik menyebar ke wilayahwilayah lain di Indonesia.
5.      Awal perkembangan agama Kristen di Indonesia
Agama Kristen Protestan masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya VOC pada tahun 1596 di daerah Maluku (Ternate), yang kemudian berkembang ke wilayah-wilayah lain di Indonesia. Masuknya agama Kristen Protestan ke Indonesia dilakukan oleh zending atau penginjil, yakni
orang yang bertugas dalam bidang penyebaran agama Kristen Protestan. Jika agama Khatolik masuk ke Indonesia dibawa bangsa Portugis, agama Kristen Protestan masuk ke Indonesia bersama dengan masuknya bangsa Belanda.

UJI KOMPETENSI
1.      Jelaskan pengertian agama!
2.      Buatlah deskripsi mengenai unsur-unsur agama!
3.      Buatlah deskripsi mengenai perbedaan agama, kepercayaan, dan kebudayaan!
4.      Buatlah deskripsi mengenai kepercayaan yang berkembang di berbagai suku di Indonesia!
5.      Buatlah deskripsi mengenai agama yang berkembang di Indonesia!


BAB III
FUNGSI PRILAKU AGAMA DAN KEPERCAYAAN

Tujuan pembelajaran Anda pada bab ini adalah:
·         dapat menunjukkan dampak perilaku keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat;
·         dapat menjelaskan fungsi agama.

A.    Lingkungan dan Prilaku Agama

1.      Lingkungan Agama
Iman adalah kekuatan batin manusia untuk menanggapi sesuatu yag bermakna seperti kekuatan gaib, Roh Tertinggi (Tuhan). Kekuatan-kekuatan  itu dianggap suci, angker, sakral, memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dan memberi pengaruh baiknya kepada manusia. Sedangkan pengertian agama lebih dipandang sebagai wadah lahiriah atau sebagai instansi yang mengatur pernyataan iman itu di forum terbuka (masyarakat) dan penerapannya dapat dilihat dalam bentuk kaidah-kaidah, ritus atau kultus maupun do’a-do’a, dll.
Terdapat 3 lingkungan yang mempengaruhi sikap manusia,
a.       Kawasan putih
b.      Kawasan hijau
c.       Kawasan gelap
2.      Perilaku Keagamaan
Ada 4 fakor yang mempengaruhi prilaku keagamaan, yaitu:
a.       Pengaruh social
b.      Pengalaman
c.       Kebuntuan
d.      Proses pemikiran

B.     Dampak Perilaku Keagamaan dalam Kehidupan Bermasyarakat

Dalam sejarah kebudayaan bangsa Indonesia telah menghasilkan berbagai corak kebudayaan yang berlatar belakang pada sistem religi yang memengaruhinya. Meskipun saat ini hampir semua masyarakat Indonesia telah memeluk agama yang diyakininya, namun pengaruh kepercayaan yang merupakan warisan agama asli masih nampak dalam bentuk warisan tradisi.
Sebagai contoh, terjadinya bencana alam yang melanda Indonesia seperti akhir-akhir ini, antara lain gempa bumi, gunung meletus, telah menimbulkan reaksi spontan yang berbeda dari masyarakat. Di kalangan penganut agama, mereka menganggap bencana sebagai ujian dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, perlu disikapi dengan pertobatan dan meningkatkan kesabaran. Hal itu nampak dengan digelarnya berbagai bentuk doa bersama untuk memohon pengampunan dan keselamatan.
Dari contoh tersebut dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa dengan adanya kepercayaan dan agama menyadarkan manusia bahwa manusia salah satu makhluk yang memiliki banyak keterbatasan. Untuk itu, perlu mawas diri, karena ada kekuatan yang lebih besar yang mengatur segala sesuatu di alam semesta ini. Dengan memiliki keyakinan seperti itulah (baik yang diperoleh dari ajaran kepercayaan ataupun dari ajaran agama) manusia dalam berperilaku cenderung rendah hati, tidak sombong, menyadari sebagai salah satu makhluk (dan bukan satu-satunya makhluk) ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

C.     Fungsi Religi

Dalam mengemukakan pendapat tentang definisi agama, Anthony FC Wallace menjelaskan bahwa agama merupakan seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi mitos dan yang menggerakkan kekuatan-kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai atau untuk menghindarkan sesuatu perubahan keadaan pada manusia atau alam. Fungsi yang utama ialah untuk mengurangi kegelisahan dan untuk memantapkan kepercayaan kepada diri sendiri, yang penting untuk memelihara keadaan manusia agar tetap siap untuk menghadapi realitas.
Melalui doa, sebagai salah satu bentuk ritual keagamaan/religi dan kepercayaan yang vital, seseorang dapat menemukan sesuatu yang dicarinya yang tidak dapat diperoleh di sekitarnya. Inilah yang merupakan nilai agama/religi dan kepercayaan untuk menghadapi hidup. Dengan demikian agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang digunakan oleh manusia untuk mengendalikan aspek alam semesta yang tidak dapat dikendalikannya.
Pada hakikatnya setiap ajaran agama mengandung dua unsur ajaran hakiki sebagai berikut.
1.      Segala hal yang berkaitan dengan keadaan di dunia ini (imanen).
2.      Segala hal yang berada di luar jangkauan penginderaan manusia (transedental).
Dua unsur ajaran hakiki dari setiap agama tersebut penjabarannya ada di dalam praktik ritual atau peribadatan, ajaran-ajaran tentang keberadaan Tuhan (termasuk unsur transedental) dan ajaran mengenai bagaimana menjalin kehidupan dengan sesama makhluk hidup yang lain (termasuk unsur imanen).
Secara umum fungsi agama/religi bagi kehidupan manusia sebagai berikut.
1.      Membantu menemukan identitas moral,
2.      Membantu menyelesaikan permasalahan hidup,
3.      Meningkatkan kehidupan sosial dan mempererat kohesi sosial,

UJI KOMPETENSI
1.      Sebutkan dampak perilaku keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat!
2.      Jelaskan fungsi agama!


BAB IV
PERKEMBANGAN IPTEK DAN KEBUDAYAAN

Tujuan pembelajaran Anda pada bab ini adalah:
·         dapat menjelaskan perkembangan IPTEK;
·         dapat menganalisis pengaruh IPTEK terhadap masyarakat dan perkembangan budaya;
·         dapat mendeskripsikan proses pewarisan IPTEK;
·         dapat menjelaskan faktor penghambat perkembangan IPTEK;
·         dapat menghargai hasil karya IPTEK.


Menurut Iskandar Alisyahbana (1980) Teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur dan lebih sejahtera. Jadi sejak awal peradaban sebenarnya telah ada teknologi, meskipun istilah “teknologi belum digunakan. Istilah “teknologi” berasal dari “techne “ atau cara dan “logos” atau pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia.
Ensiklopedia Ilmu Sosial tahun 2000, beberapa definisi tentang teknologi ini antara lain, Pertama, istilah mengacu pada sebuah objek fisik atau artefak. Kedua, mengacu pada kegiatan atau proses. Ketiga, mengacu pada pengetahuan dan keterampilan. Kemudian IPTEK juga tarmasuk dalam unsur kebudayaan
A.    Perkembangan IPTEK
·         Setiap kebudayaan memiliki kedua unsur ini, kemudian kedua unsur ini saling berhubungan.
·         Pengetahuan cendrung kepada kerangka pemikiran dan mmengarah pada hal – hal teoritis. Kemudian Teknologi cendrung kepada hasil suatu pengetahuan dan mengarah kepada penerapan praktis.
·         Tinggi rendahnya peradaban suatu kebudayaan selalu dikaitkan dengan sejauh mana penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh suatu bangsa.  
·         Ruang lingkup pengetahuan suatu suku bangsa berkaitan dengan hal – hal sebagai berikut :
1.      Alam sekitarnya.
2.      Alam flora di daerah tempat tinggalnya.
3.      Alam fauna di daerah tempat tinggalnya.
4.      Zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya.
5.      Tubuh manusia.
6.      Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia.
7.      Ruang dan waktu.
·         Dengan pengetahuan yang dimiliki, manusia berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, munculnya teknologi yang ditandai dengan kemampuan manusia menguasai cara-cara memproduksi, memakai, dan memelihara segala peralatan yang dipergunakan kedalam kehidupannya.
·         Perkembangan IPTEK didukung dari elemen-elemen penyebarannya, yaitu:
1.      Inovasi
2.      Dan Komunikasi
3.      Sistem sosial
4.      Waktu
·         Perkembangan teknologi, dipakai oleh Antropolog sebagai salah satu aspek menentukan perubahan kebudayaan pada masyarakat. Mereka menganalisis efek dari perubahan sikap masyarakat yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi, baik itu efek negatif maupun positif.



1.      Alat-alat produksi

·         Alat-alat batu
·         Alat-alat tulang
·         Alat-alat kayu
·         Alat-alat bambu
·         Alat-alat logam






2.      Senjata
a)      Menurut fungsinya :
      Senjata potong
      Senjata tusuk
      Senjata lempar
      Senjata penolak
b)      Menurut lapangan pemakaiannya :
      Senjata untu berburu
      Senjata untuk menangkap ikan
      Senjata untuk berkelahi dan berperang


                                                                                                                   
3.      Wadah
Tehnik pembuatan tembikar ada 3 macam :
      Teknik menyusun gumpalan-gumpalan dengan tanah liat
      Teknik membentuk satu gumpalan lempung yang besar
      Teknik membentuk segumpalan lempung yang diputar-putar dengan roda

4.      Makanan
Ditinjau deri bahan mentahnya, makanan dapat di bedakan menjadi sayur-sayuran, buah-buahan dan biji-bijian. Ada pun di tinjau dari cara memasaknya, makanan dapat membedakan menjadi 2, yaitu:
      Menggunakan api
      Menggunakan batu-batu panas
Menurut tujuan konsumsinya,

      Makanan dalam arti khusus
      Minuman
      Bumbu-bumbuan
      Bahan untuk kenikmatan (mis: tembakau)

5.      Pakaian
Menurut bahannya, pakaian dapat di klsifikasikan sbb:
      Pakaian dari kulit pohon
      Pakaian dari bahan tenun
      Pakaian dari kulit binatang
Ditinjau dari fungsinya, dapat dibedakan sbb:
      Pakaian yang semata-mata digunakan untuk menahan pengaruh dari bahan sekitar
      Pakaian sebagai lambang keunggulan dan gengsi
      Pakaian sebagai lambang di anggap suci
      Pakaian sebagai perhiasan badan
6.      Tempat berlindung (perumahan)
Bentu pokok rumah-rumah yang ada di seluruh dunia dapat dibedakan sbb:
      Rumah yang setengah di  bawah tanah.
      Rumah di atas tanah
      Rumah di atas tiang
Menurut pemakaiannya
      Rumah tadah angin
      Tenda / gubug yang mudah dilepaskan dan didirikan lagi
      Rumah untuk menetap

Jika dipandang dari fungsi sosialnya rumah untuk menetap dibedakan menjadi  macam, yaitu :
      Rumah tempat tinggal keluarga kecil,
      Rumah tempat tingga keluarga besar,
      Rumah suci,
      Rumah pemujaan,
      Rumah tempat berkumpul,
      Rumah pertahanan.
7.      Alat Transportasi atau Alat Pengangkutan
Berdasarkan pada fungsinya, alat-alat transporasi yang digunakan antara lain :
·         Sepatu
·         Binatang
·         Alat seret
·         Kereta beroda
·         Rakit
·         Perahu

B.     Pengaruh IPTEK
            Apabila kita tinjau masih banyak suku terasing di pedalaman yang masih statis terhadap kemajuan teknologi. Hal itu menunjukan bahwa era kehidupan modern belum mampu menjangkau seluruh penjuru di bumi. Keterasingan suatu suku bangsa busa disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut,
  1. Kondisi lingkungan alam yang benar- benar terisolir, sehingga mereka menutup  segala bentuk akses dari luar.
  2. Lingkungan budaya atau radisi yang sangat kuat, sehingga masyarakatnya membentengi segala bentuk pengaruh dari luar.
  3. Tidak meratanya pembangunan dan hasil-hasil pembangunan yang dicapai.
  4. Sikap entosentrisme yang kuat melekat pada anggota masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan ditandai dengan makin banyaknya penemuan-penemuan baru (inovasi) alat-alat teknologi yang serba canggih. Hal itu mengakibatkan perubahan kebudayaan pada masyarakat. Perubahan kebudayaan pada masyarakat ditunjukan dakam bentuk perubahan perilaku berikut ini,
      Pesatnya perkembanagan industri penyiaran televisi menyebabkan masyarakat cendrung menghabiskan waktu luang di depan televisi
      Perkembangan industri teknologi komunikasi canggih. Telepon genggam  (handphone) bukan lagi barang mewah , sehingga memunculkan budaya mengirim berita lewat layanan pesan singkat atau sms (short message service) mengganti budaya menulis surat.
      Perkembangan layanan jasa perbankan telah mengubah budaya menyimpan uang tunai beralih pada pemakaian kartu kredit, kartu ATM (Auto Teller Machine).

Kemudian terdapat norma-norma, budaya, dan tradisi dalam mengadopsi inovasi, yaitu:
1.      Norma budaya inovasi
2.      Hal-hal yang dapat menghasilkan keputusan menerima inovasi
3.      Tahapan proses adopsi
4.      Beberapa perilaku ketidaksesuaian
5.      Diskontinuitas
6.      Berbagai kendala dalam proses adopsi
C.    Pewarisan IPTEK
Secara umum proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi (transmission of science and technology) berlangsung sepanjang masa dari generasi ke generasi secara berkesinambungan, selama masyarakat mendukung ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut masih ada. Prose pewarisan ilmu pengeahuan dan teknologi dalam kehidupan masyarakat melalui sarana sebagai berikut,
  1. Keluarga
  2. Masyarakat
  3. Organisasi sosial
  4. Media massa
D.    Faktor Penghambat Perkembangan IPTEK
Adapun faktor-faktor yang penghambat prose pewarisan IPTEK sebagai berikut,
A.    Hambatan yang berkaian dengan perbedaan persepsi dan sudu pandang.
B.     Sikap tradisional yang berprasangka buruk terhadap hal-hal yang baru.
C.     Sikap etnosentrisme
D.    Rendahnya etos kerja 
E.     Menghargai Hasil Karya IPTEK
  1. Peranan IPTEK dalam penyebaran bahasa lokal
  2. Menghargai hasil karya IPTEK.
            Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyikapi hasi-hasil IPTEK sebagai berikut,
  1. Memanfaatkan sesuai kebutuhan
  2. Memerhatiakan lingkungan sebagai bentuk sistem yan saling ketergantungan, sehingga perlu diupaya adanya unsur keseimbangan.
UJI KOMPETENSI
1.      Jelaskan perkembangan IPTEK!
2.      Buatlah analisis mengenai pengaruh IPTEK terhadap masyarakat dan perkembangan budaya!
3.      Deskripsikan proses pewarisan IPTEK!
4.      Jelaskan faktor penghambat perkembangan IPTEK!


BAB V
STUDI ETNOGRAFI DAN BAHASA LOKAL

Tujuan pembelajaran Anda pada bab ini adalah:
·         dapat menjelaskan pengertian etnografi;
·         dapat menjelaskan cara melakukan studi etnografi;
·         dapat melakukan penelitian etnografi tentang persebaran bahasa lokal;




A.    Pengertian Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan graphy yang berarti tulisan. Jadi, pengertian etnografi adalah deskripsi tentang bangsa-bangsa. Beberapa pendapat ahli antropologi mengenai pengertian etnografi sebagai berikut.
1.      Menurut pendapat Spradley dalam Yad Mulyadi (1999), etnografi adalah kegiatan menguraikan dan menjelaskan suatu kebudayaan.
2.      Menurut pendapat Spindler dalam Yad Mulyadi (1999), etnografi adalah kegiatan antropologi di lapangan.
3.      Menurut pendapat Koentjaraningrat (1985), isi karangan etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa.
Etnografi merupakan ilmu mengenai berbagai bangsa dan suku bangsa.
A.    Studi Etnografi
1.      Studi Etnografi Indonesia
Studi Etnografi terhadap suku bangsa Indonesia terus diadakan secara berkesinambungan. Hasil studi itu dapat kita baca dalam berbagai buku studi etnografi Indonesia.
Dalam penyusunan sebuah karangan etnografi, kita dapat menggunakan
tahapan sebagai berikut.

a.       Pemilihan lokasi penelitian
b.      Menyusun kerangka etnografi
c.       Menentukan metodologi penelitian

B.     Pemerataan Penyebaran Bahasa Lokal
a)      Pemerataan Bahasa Lokal
Pemerataan bahasa adalah usaha untuk memberikan gambaran umum mengenai sejumlah bahasa daerah dan dialeknya (bahasa lokal).

b)      Penyebaran Bahasa Lokal
Pemerataan penyebaran bahasa daerah adalah sangat mudah apabila tolak ukur yangdigunakan adalah daerah asal suku bangsa yang bersangkutan.
Pada umumnya persebaran bahasa lokal disebabkan oleh faktor sebagai berikut.
1.      Tingginya arus migrasi atau perpindahan penduduk, baik melalui urbanisasi, transmigrasi maupun emigrasi. Unsur-unsur bahasa lokal sebagai alat komunikasi lisan tetap mewarnai dalam interaksi sosiai masyarakat pendatang di tempat yang baru.
2.      Peran media massa, khususnya media elektronik yang banyak menayangkan pemakaian bahasa tutur (dialog) yang dipergunakan para panutan masyarakat (public figure) sehingga banyak ditiru oleh masyarakat luas menembus batas suku bangsa dan wilayah.
3.      Kebijakan pemerintah di era otonomi daerah ini, pemerintah daerah berusaha untuk menonjolkan identitas daerahnya diantaranya dengan mensosialisasikan pemakaian bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari yang perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan.

Dalam pelaksanaan penelitian, beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti sebagai berikut.
1.      Unsur atau masalah apa yang akan dijadikan objek penelitian.
2.      Menentukan metode yang akan digunakan. Dalam hal ini dipilih metode yang tepat untuk memperoleh data sesuai dengan unsur-unsur yang akan diteliti.
3.      Menentukan daerah penelitian sesuai dengan tema, yaitu mengenai persebaran bahasa lokal, maka daerah yang dijadikan objek penelitian terutama daerah-daerah yang menggunakan bahasa lokal tersebut, termasuk daerah lain yang berbatasan dengan daerah yang masyarakatnya menggunakan bahasa lokal tersebut.
4.      Menyusun kerangka dasar penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pengumpulan data.
5.      Melaksanakan kegiatan penelitian.
6.      Menyusun laporan.

UJI KOMPETENSI
1.      Jelaskanlah pengertian etnografi!
2.      Jelaskan cara melakukan studi etnografi!
3.      Buatlah penelitian etnografi tentang persebaran bahasa lokal!


BAB VI
MENGKOMUNIKASIKAN HASIL STUDI ANTROPOLOGI

Tujuan pembelajaran Anda pada bab ini adalah:
·         dapat membuat format laporan hasil penelitian.
Para ahli antropologi pada abad dua puluh melakukan penelitian terhadap suatu suku terpencil yang belum tercemar. Para ahli ingin menegaskan bahwa ilmu ini merupakan ilmu yang mandiri atau berdiri sendiri, tetapi pada kenyataannya masyarakat suku pedalaman itu tidak bisa mengerti dengan pertanyaan dan konsepnya sehingga penelitian itu telah gagal.
A.    Studi Antropologi
Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Fase pertama studi antropologi sudah ditemukan sebelum tahun 1800, yaitu ditemukan dan diterbitkannya tulisan hasil buah tangan para pengawai pemerintahan penjajah, para penyebar agama nasrani, para musafir dan pelaut. Tulisan ersebut berisi pengetahuan mengenai adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, ciri-cri fisik serta keanekaragaman warna suku di Afrika, Asia, Oseania, maupun berbagai suku bangsa indian, penduduk pribumi benua Amerika. Ulisan itu sangat menarik hati orang Eropa pada masa itu, karena adanya perbedaan yang besar antara kehidupan yang di gambarkan dalam tulisa itu dengan kehidupan dan kebudayaan orang eropa. ( Koentjaraningrat, 1999).
Materi yang menjadi bahan studi Antropologi, yaitu:
a.       Ethnography
b.      Ethnologi
c.       Cultural Anthropology
d.      Phisical Anthropology

B.    Hasil Studi Antropologi

a)      Teori
Hasil Studi Antropologi adalah teori – teori dalam Antropologi. Teori bertujuan menjelaskan kenyaraan yang sudah ada.
b)      Teori Antropologi
Teori Antropologi berarti  kumpulan konsep, definisi dan proposisi yang saling berkaitan dan menghadirkan suatu tinjauan secara sistematis atas fenomena kehiduan manusia dari waku ke waktu dengan menunjukan secara spesifik hubungan – hubungan diantar variabel –variabel yang erkait dalam fenomena budaya, dengan tujuan memberikan deskripsi, eksplanasi dan prediksi atas fenomena kehidupan budaya tersebut.
c)      Penerapan Teori Antropologi
Teknologi adalah penerpan dari ilmu pengetahuan untuk membua hidup manusia lebih bai dan lebih mudah.
d)     Tujuan Akhir Studi Anropologi
Sejarah peradaban manusia, menunjukan adanya usaha yang tidak mengenal lelah „“menuju kepada tingkat perkembangan  pengetahuan yang telah dicapai pada saat ini.“
e)      Tipe Studi Antropologi
1.      Studi Kuantitatif
Adalah studi yang mementingkan hasil, bukan proses. Hasil studi berwujud laporan dengan menggunakan lambing dan bilangan.  Hasil studi didasarkan pada data empiris yang diperoleh dari lapangan yang sudah ditata dan direncanakan sedemikian rupa.
2.      Studi Kualitatif
Adalah studi yang berusaha mendekati dan memecahkan permasalahan yang tidak dapat dipecahkan oleh studi kualitatif.
f)       Cara Berfikir Deduktif dan Induktif
1.      Cara Berfikir Induktif
Biasanya digunakan untuk studi kuantitatif. Pada saat penelitian kita mengolah dan meneliti data yang khusus  dan dan dihasilkan teori yang umum.
2.      Cara Berpikir Deduktif
            Biasanya digunakan untuk studi kualitatif. Pemikiran ini sebaliknya dari berfikir induktif, karena pemikiran ini dihasilkan dari data-data yang secara umum yang telah diakui kebenarannya dan diolah menjadi teori yang khusus.
C.    Format Laporan Hasil Penelitian
Penyusunan laporan harus ditulis menurut tata tulis penulisan ilmiah. Banyak variasi tata tulis penulisan ilmiah, namun secara garis besar sebuah laporan penelitian ilmiah memuat hal-hal berikut.
1.      Bagian awal, berisi tentang:
a.       Halaman judul: judul ditulis dengan kalimat pernyataan secara ringkas dengan menggunakan bahasa yang baku.
b.      Halaman kata pengantar, memuat kalimat singkat yang mengantarkan pembaca untuk menikmati hasil laporan, disertai ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan harapan serta kritikan dari pembaca.
c.       Halaman daftar isi, memuat judul tiap bab/subbab dan di halaman mana bab/subbab tersebut berada.
d.      Halaman daftar tabel; adakalanya laporan penelitian memuat label hasil pengamatan /pengumpulan data. Tabel diberi nomor urut serta judul tabel.
e.       Halaman daftar gambar: jika dalam laporan tersebut terdapat gambar perlu diberi nomor urut dan diberi judul gambar.
f.       Halaman lampiran, memuat daftar lampiran yang mendukung laporan tersebut. Adapun bukti fisik lampiran diletakkan di halaman bagian akhir.
2.      Bagian inti, berisi tentang:
a.       Latar belakang masalah: memuat tentang alasan mengapa peneliti memilih topik penelitian tersebut.
b.      Tujuan penelitian, memuat tentang tujuan penelitian.
c.       Penelaahan kepustakaan, memuat tentang asumsi dasar yang mendukung/berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut.
d.      Hipotesis, berupa dugaan atau kesimpulan sementara yang akan dibuktikan kebenarannya dalam penelitian tersebut. (Bagian ini tidak mutlak ada, karena ada penelitian yang tidak memerlukan hipotesis)
e.       Metodologi, mengungkapkan pendekatan dan metode yang dipergunakan dalam penelitian tersebut.
f.       Hasil pengumpulan data: memaparkan secara rinci hasil penelitian.
g.       Interpretasi hasil pengolahan data: memuat tentang proses pengolahan data dan hasil kesimpulan dari penelitian berdasarkan hasil pengolahan data. Dalam bab ini adakalanya dipaparkan tentang implementasi hasil penelitian dalam kehidupan sehari-hari maupun bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

3.      Bagian akhir, berisi tentang:
a.       Daftar kepustakaan: memuat daftar referensi atau literatur yang dipergunakan sebagai acuan dalam penelitian tersebut. Penulisan daftar kepustakaan memuat: nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku, penerbit, dan kota tempat penerbitan buku referensi tersebut.
b.      Lampiran-lampiran: semua bukti fisik lampiran yang mendukung penelitian baik dalam bentuk kelengkapan administrasi (perizinan) maupun lampiran yang dipergunakan dalam penelitian tersebut. Penyajian laporan tersebut dapat berupa:
1.       makalah;
2.      paper/kertas kerja;
3.      gambar-gambar hasil dokumentasi;
4.      artikel.

D.    Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi
Dengan memahami hasil studi antroplogi atau pengetahuan tentang suatu individu dan suku bangsa, kita dapat bersikap untuk menghadapi suatu pertemuan dengan orang lain dan berinteraksi secara wajar tanpa takut dan hati-hati menyikapi perbedaan itu.      

UJI KOMPETENSI
1.      Buatlah format laporan hasil penelitian etnografi !